Pura Goa Lawah

Pura ini dinamakan Pura Goa Lawah karena di dalamnya terdapat sebuah goa alam besar yang dihuni oleh ribuan kelelawar. Dalam bahasa Bali, kata lawah berarti kelelawar. Namun dari sisi agama, keberadaan kelelawar itu tak ada hubungannya dengan apa yang dipuja masyarakat Hindu di Bali. Dalam keyakinan masyarakat Bali, Pura Goa Lawah adalah tempat berstananya Tuhan dalam manivestasi sebagai Dewa Laut.

Menurut mitologi yang disuratkan dalam lontar Prekempa, dikisahkan bahwa saat terjadi bencana kekeringan yang dahsyat, Dewa Siwa mengutus Sang Hyang Tri Murti untuk menyelamatkan bumi. Dewa Brahma turun menjelma menjadi naga Ananta Bhoga. Dewa Wisnu menjelma sebagai naga Basuki. Dewa Iswara menjadi naga Taksaka.

Selanjutnya, naga Basuki terlentang dengan kepala menghadap ke tenggara. Sebagian kepala naga Basuki tercelup ke laut untuk mengerakkan samudera agar menguap menjadi mendung. Nah, kepala naga Basuki ini kemudian disimbolkan dengan pura Goa Lawah. Sedangkan ekornya yang menjuntai menjelma menjadi gunung dan sisiknya menjelma menjadi hutan yang sangat lebat. Oleh masyarakat Bali, daerah yang dianggap sebagai ujung ekor naga Basuki didirikan Pura Goa Raja (salah satu pura dalam kompleks Pura Besakih). Sebagian masyarakat Bali percaya bahwa pada zaman dulu gua di Pura Goa Raja tembus di Pura Goa Lawah. Namun karena gempa dahsyat pada tahun 1917, goa itu tertutup reruntuhan bumi.

Di luar mitologi tersebut, sumber-sumber kuno mengatakan bahwa Pura Goa Lawah dibangun atas inisiatif Mpu Kuturan pada abad ke XI dan dipugar untuk diperluas pada abad ke XV.

Satu di antara sekian kepercayaan umat Hindu di Bali mengatakan bahwa arwah orang yang sudah meninggal harus disucikan melalui serangkaian upacara. Ujung dari rangkaian upacara tersebut adalah atma wedana (lanjutan dari upacara Ngaben). Dalam upacara tersebut umat melakukan upacara Nyegara-Gunung sebagai penutup. Mereka akan menyucikan sang arwah di laut (Pura Goa Lawah) lalu menyemayamkannya di gunung (Pura Besakih).

Dari konsep lain, Pura Besakih (di Gunung Agung) dan Pura Goa Lawah (di tepi laut) merupakan simbol lingga-yoni. Keduanya merupakan unsur yang menyebabkan terjadinya penciptaan alam semesta.

Di pura ini, tepat di mulut goa terdapat pelinggih Sanggar Agung sebagai pemujaan Tuhan Yang Maha Tunggal. Meru Tumpang Tiga sebagai pesimpangan Bhatara Andakasa. Ada Gedong Limasari untuk memuja Dewi Sri Hyang Basuki dan Gedong Limascatu untuk memuja Dewa Wisnu (Bhatara Tengahing Segara). Keduanya merupakan simbol kekuasan Tuhan dalam memberi kemakmuran pada umat manusia.

Pura Goa lawah terletak di pinggir jalan raya yang menghubungkan antara kota Klungkung dan Karangasem. Jadi pura tersebut sangat mudah ditemukan. Mengunjungi pura ini, selain dapat menyaksikan keunikan pura, Anda juga bisa menikmati keindahan pantai yang terbentang di sebelah jalan raya. (jjb)



Artikel Terkait:

0 komentar:

 
Copyright © 2012-2016 Wisata di Bali | Didukung oleh Blogger | Desain dan Maintenance oleh IGde Darsana