Pura Besakih

Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terdiri dari 18 pura dan sebuah pura utama. Kompleks Pura yang merupakan pusat kegiatan dari seluruh pura yang ada di Bali, sekitar 70 kilometer dari kota Denpasar. Kompleks pura ini membentang di areal seluas tiga kilometer persegi menghadap ke arah barat laut.

Pura Besakih didirikan oleh Rsi Markandeya, seorang Brahmana yang pertama kali menyebarkan ajaran Hindu di Bali. Saat itu, mula-mula Rsi Markandeya bertapa di gunung Hyang (konon gunung Hyang adalah gunung Dieng yang berasal dari kata Di Hyang). Dalam semedinya, ia mendapat pawisik berupa perintah agar beliau merabas hutan di ujung timur pulau Dawa (Jawa). Saat itu pulau Jawa dan Bali masih merupakan satu daratan yang belum dipisahkan oleh laut.

Berdasarkan bisikan gaib tersebut, Rsi Markandeya berangkat ke arah timur bersama para pengiring-pengiringnya kurang lebih sejumlah 8000 orang. Setiba di tempat yang dituju ia memerintahkan semua pengiringnya merabas hutan belantara. Namun banyak pengiring yang sakit dan mati.

Perabasan hutan pun dihentikan dan Rsi Markandeya bermeditasi di gunung Raung, Jawa Timur, untuk merenungkan kegagalan ini. Setelah sekian lama, Rsi Markandeya mencari hari baik untuk melanjutkan kembali pembukaan daerah baru di ujung timur pulau Dawa. Kali ini pengiringnya berjumlah 4000 orang.

Begitu tiba di tempat yang dituju, sebelum melakukan pekerjaan, Rsi Markandeya bersemedi dan menggelar upacara. Rsi Markandeya memendam sebuah kendi berisi pancadatu (lima jenis logam) yakni emas, perak, tembaga, besi dan perunggu disertai mirah adi (permata utama), air dan sesajen. Pendaman itu kemudian diperciki tirta (air suci). Oleh beliau, tempat di mana sarana-sarana itu ditanam diberi nama Basuki yang berarti selamat. Setelah itu, perabasan hutan tak menemui hambatan yang berarti. Lahan terbuka yang mereka hasilkan kemudian dibagi-bagikan kepada para pengikut untuk dijadikan sawah, tegal dan perumahan. Dan, wilayah itu kemudian dinamakan dengan desa Basuki yang kini dikenal dengan Besakih.

Pura Pesimpangan
Pura terletak di sebelah timur jalan utama, di tempat yang agak terpencil. Pura ini merupakan tempat persinggahan saat kembali dari melelasti (upacara penyucian) di pantai Kelotok, Klungkung.

Pura Dalem Puri
Pura ini terletak di ujung paling selatan dari kompleks pura Besakih. Untuk mencapainya, dari jalan raya Anda harus berjalan kaki kira-kira 300 meter ke utara dan kemudian membelok ke barat di sebuah tempat yang agak terpencil. Pura ini adalah tempat pemujaan Bhatari Durga (dewi kematian). Di sekitar Pura Dalem Puri terdapat suatu tanah lapang yang agak luas yang dinamai Tegal Penangsaran.

Pura Manik Mas
Pura ini merupakan tempat pemujaan Dewi Pertiwi. Di tempat ini terlebih dahulu umat Hindu bersembahyang untuk menyucikan jasmani dan rohani sebelum bersembahyang di Pura Penataran Agung. Menurut cerita, di masa lalu para Raja ke Pura Besakih dengan menunggang kuda. Di sebelah selatan Pura Manik Mas mereka turun dari kuda, bersembahyang di pura tersebut, lalu melanjutkan perjalanan ke Pura Penataran Agung dengan berjalan kaki.

Pura Bangun Sakti
Pura ini adalah tempat pemujaan Triantabhoga (Hyang Naga Basukih, Hyang Naga Sesa dan Hyang NagaTaksaka) yang merupakan symbol pelindung bumi dan seisinya.

Pura Ulun Kulkul
Pura Ulun Kulkul adalah tempat pemujaan Hyang Mahadewa. Sebuah kulkul (kentongan) besar terdapat di pura ini dan dipandang sebagai kulkul yang paling utama dan mulia dari pada semua kulkul yang ada di Bali. Hingga saat ini, masyarakat desa-desa di seluruh Bali masih menggunakan kulkul sebagai alat komunikasi untuk mengumpulkan warganya. Nah, setiap banjar (semacam RT) yang membuat kulkul baru, selalu memohon air suci di pura ini untuk memerciki kulkul tersebut agar memiliki inner power sehingga ‘panggilannya’ ditaati oleh masyarakat.

Pura Merajan Selonding
Di sebelah utara Pura Ulun Kulkul terdapat Pura Merajan Selonding. Dulu pura ini adalah pura keluarga raja Dalem Kesari Warmadewa yang diperkirakan pernah punya istana di Besakih bernama Bumi Kuripan. Lontar Raja Purana Besakih dan seperangkat gamelan kuno Selonding disimpan di pura ini. Selonding adalah cikal bakal musik Bali.

Pura Goa
Di utara Pura Manik Mas, sebelah timur jalan raya terdapat Pura Gua tempat Hyang Naga Basuki diistanakan. Di sebelah timur Pura ini terdapat sebuah sungai dan pada tebingnya ada sebuah gua besar. Tapi sekarang gua tersebut sudah tertimbun runtuhan tanah longsor. Menurut ceritera, gua itu tembus sampai ke pura Gua Lawah yang terdapat di pesisir pantai timut Kabupaten Klungkung.

Pura Banua
Pura Banua terletak di sebelah timur jalan raya yaitu di timur areal parkir kendaraan. Pura ini adalah tempat pemujaan Dewi Sri, penguasa kemakmuran dalam bentuk hasil alam.

Pura Merajan Kanginan
Letaknya di sebelah timur Pura Banua. Pura ini merupakan tempat pemujaan Bhatara Rambut Sedana, penguasa kemakmuran dalam wujud harta-benda.

Pura Hyang Galuh (Jenggala)
Di pura ini terdapat beberapa patung batu kuno menyerupai seorang resi, garuda dan lainnya yang sakral. Banyak sekali kepercayaan menyangkut pura ini. Ada yang mengatakan sebagai stana Hyang Prajapati, ada yang mengatakan sebagai bekas pertapaan Dyah Kulputih, ada yang mengatakan pemujaan Dewa Melanting (penguasa pasar).

Pura Basukihan
Di Pura inilah Rsi Markandeya memendam pancadatu (lima jenis logam) dan sesajen saat pertama kali membuka lahan di lambung gunung agung itu. Pura ini adalah satu dari tiga pura yang menjadi induk pura kahyangan tiga yang tersebar di seluruh desa di Bali. Dua pura lainnya adalah Pura Penataran Agung dan Pura Dalem Puri.

Pura Penataran Agung
Inilah pura utama dari kompleks Pura Besakih. Di pura ini terdapat Padmatiga yaitu sarana pemujaan Tuhan dalam wujud Sang Hyang Tri Purusa yaitu jiwa agung alam semesta. Purusa artinya jiwa atau hidup. Tuhan sebagai jiwa dari Bhur Loka (alam bawah) disebut Siwa, sebagai jiwa Bhuwah Loka (alam tengah) disebut Sadha Siwa dan sebagai jiwa dari Swah Loka (alam atas) disebut Parama Siwa.

Untuk masuk ke pura ini Anda harus melewati sebuah gapura besar dengan lebih dari seratus undak anak tangga. Gapura ini menghadap ke arah barat laut, persis berhadap-hadapan dengan gapura Pura Uluwatu yang terdapat di ujung barat daya Pulau Bali, yang juga dibangun oleh Rsi Markandeya.

Menurut lontar Raja Purana Besakih, pura Penataran Agung Besakih adalah tempat berkumpulnya seluruh dewa-dewa.

Pura Batu Madeg
Untuk sampai ke pura ini Anda harus berjalan kaki ke arah barat daya. Pura ini adalah tempat pemujaan khusus Dewa Wisnu, manisfestasi Tuhan sebagai pelindung alam semesta. Di pura inilah masyarakat memohon keselamatan bila hendak membuat bendungan besar dan memohon agar sawah mereka selalu subur.

Semua atribut bangunan di pura ini berwarna hitam. Karena letaknya agak tersembunyi dari jalan utama, nggak banyak wisatawan mengunjungi pura besar ini.

Pura Batu Kiduling Kreteg
Letaknya di sebelah selatan Pura Penataran Agung, melewati jalan setapak dan menyeberangi sebuah sungai kering. Pura ini tempat pemujaan khusus Dewa Brahma, manisfestasi Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Semua atribut bangunan di pura ini berwarna merah.

Hampir serupa dengan Pura Batu madeg, karena letak pura ini agak jauh dari jalan utama, nggak banyak wisatawan mengunjungi pura besar ini.

Pura Gelap
untuk mencapai pura ini Anda harus menapaki jalan menanjak di sebelah Pura Penataran Agung. Pura ini adalah tempat pemujaan Dewa Iswara, pemberi kedamaian pikiran dan kesejahteraan hidup. Semua atribut bangunan di pura ini berwarna putih.

Karena menanjak cukup jauh, kebanyakan wisatawan mengurungkan niatnya mengunjungi pura besar ini.

Pura Pengubengan
Inilah pura yang lokasinya terletak di areal yang tertinggi. Untuk mencapai pura ini Anda harus bejalan kaki selama sekitar 30 menit langkah normal. Pura ini diyakini sebagai tempat pertemuan para dewa sebelum berkumpul di Pura Penataran Agung saat diselenggarakan upacara-upacara besar.

Masyarakat Hindu yang berniat mempersembahkan sesajen ke puncak gunung Agung namun tidak sanggup mendaki, menghaturkan persembahannya melalui Pura Pengubengan ini. Karena ketinggian lokasinya, dari pura ini pemandangan alam Bali tampak sangat indah. Meski begitu, tak banyak wisatawan yang memiliki waktu untuk mengunjungi pura ini.

Pura Batu Tirtha
Letaknya berdekatan dengan Pura Pengubengan, sekitar -kira 10 menit perjalanan normal. Di pura ini terdapat sumber air suci yang dipergunakan pada upacara-upacara besar di Pura Besakih ataupun di pura-pura desa di seluruh Bali

Pura Batu Peninjoan
Pura ini berdekatan dengan Pura Batu Madeg. Untuk mencapainya Anda harus berjalan melalui jalan setapak menuruni lembah dan menyelusuri pinggiran sungai kering. Perjalanan kurang lebih atarara 15 sampai 25 menit. Di pura ini, dahulu Empu Kuturan, pendeta yang datang ke Bali setelah Rsi Markandeya, meninjau wilayah desa Besakih sewaktu beliau merencanakan perluasan Pura Besakih. Di tempat inilah Empu Kuturan melakukan semedi setiap kali datang ke Besakih. Mpu Kuturanlah peletak tata cara pembangunan pura dan perumahan yang sampai sekarang masih dipraktekkan oleh masyarakat Hindu di Bali.

Dari Pura Peninjoan, semua pelinggih di Pura Penataran Agung dapat dilihat dengan jelas. Demikian juga pantai dan daratan pulau Bali bagian selatan tampak terbentang indah.

Untukmenghormati adat istiadat setempat, ketika berkunjung ke pura Besakih kenakanlah busana yang rapi dengan kain dan selendang. Anda tidak diperkenankan memasuki areal pura tanpa menggunakan selendang. Jika lupa membawa kain dan selendang, Anda bisa sewa di penyewaan yang letaknya tak jauh dari pintu masuk. (jjb)



Artikel Terkait:

0 komentar:

 
Copyright © 2012-2016 Wisata di Bali | Didukung oleh Blogger | Desain dan Maintenance oleh IGde Darsana